Aku mengenalnya dengan sederhana. Tanpa
ada maksud untuk mengenalnya lebih jauh. Aku ingin mengenalnya dan bertukar
pikiran dengan dia. Hingga komunikasipun mengubah pandanganku tentang dia. Mengubah
cara-cara berfikirku. Menyalakan kembali semangatku yang sempat hampir padam.
Dia, yang mengubah hari-hariku. Menghilangkan
pikiran-pikiran pesimisku yang mulai menjangkit pada diriku entah sejak kapan. Dia
yang kusebut dengan teman. Ya, teman.
Dia, yang entah bagaimana parasnya. Hanya
imajinasi yang mampu menggambarkan bagaimana dirinya. Bertemu? Mungkin Tuhan
memang belum mengijinkan pertemuan itu atau mungkin memang tak ada pertemuan
kami dalam skenario-Nya.
“Selamat datang kamu. Salam kenal
dariku, yang masih belum bisa dipertemukan denganmu saat ini.”
Berteman denganmu, sering
berkomunikasi, membuatku ingin mengetahui lebih banyak tentangmu. Hingga akhirnya
aku mengerti beberapa hal tentang kamu. Salah satu dari hal itu yang akhirnya
membuatku mengagumimu.
“Ah, ini hanya sekedar rasa kagum
saja.” Pikirku kala itu. Namun setelah semakin seringnya berkomunikasi,
sambutanmu melalui tulisan-tulisan itu mengubah rasa kagum menjadi rasa nyaman.
Aku mencari tahu bagaimana kamu
melalui media sosial yang ada diantara kita. Namun hasil yang aku dapat tidak
seperti yang aku harapkan. Sama saja, itu masih membuatku sekedar meraba-raba
tentangmu saja. Mungkin ini memang bagian dari skenario-Nya, supaya ada batas
dalam aku mengenalmu. Hingga saat inipun aku belum tahu bagaimana kamu. Sampai saat
inipun aku masih bertanya-tanya dalam duniaku tentang siapa kamu, bagaimana
kamu.
“Terkadang rasa nyaman membuat kita
lupa kalau cuma sekedar teman.” Tulismu waktu itu.
Hal itu yang menjadi pertimbanganku
untuk melanjutkan komunikasi ini. Aku takut kenyamanan itu berkembangbiak,
menjadi pengharapan atas pertemanan untuk menjadi lebih. Aku tau kamu tidak
bisa menjalani lebih dari teman, akupun juga.
Malam itu sebenarnya bisa saja kita
bertemu, ketika kamu bersama dengan temanmu dimana ada aku juga di tempat itu. Namun
mungkin Tuhan berkata lain. Sampai detik inipun kita belum dapat bertemu.
Ada hal yang aku ingat dari ucapan
orang-orang yang pernah aku dengar. Terkadang
Tuhan hanya mengenalkan kita tanpa ingin mempertemukan. Terkadang Tuhan hanya
ingin mempertemukan kita, tanpa mengenalkan kita. Terkadang Tuhan hanya ingin
mempertemukan dan mengenalkan kita, namun belum tentu menyatukan.
Ya. Mungkin Allah mempunyai rencana
lain untuk kita. Kalimat witing tresna
jalaran saka kulino (awal dari jatuh cinta berasal dari terbiasa) mungkin
ada benarnya juga. Namun biar kusimpan rasa ini saja, rasa yang entah kini
menjelma menjadi apa dan bagaimana.